Sabtu, 20 Mei 2017

Wisata Bengkulu, Kemana Saja?



Pagi itu, dalam perjalanan dari Kepahiang menuju Bengkulu Kota, aku melihat tiga mobil sedang berhenti di pinggir jalan. Ngapain mobil-mobil itu berhenti di tengah hutan begini? Fyi, Sumatera itu masih dipenuhi oleh hutan, jalan antar kota pun selalu lewat hutan, tidak seperti Jawa yang sudah penuh dengan pemukiman dan manusia dimana-mana.

Kembali ke masalah mobil tadi, pasti mereka habis serempetan nih, dan sekarang penumpangnya keluar semua mau berantem, pikirku sok tau.

“Biasanya kalau ada mobil berhenti di hutan begini, berarti ada Rafflesia mekar dan mereka berhenti untuk melihatnya” kata si bapak sopir travel yang aku tumpangi.

Rafflesia? Bunga raksasa itu? Mau dong lihat. Rafflesia itu biasanya cuma mekar beberapa hari saja, kemudian mati karena tidak mempunyai batang dan daun untuk berfotosintesis. Kesempatan langka nih bisa menemukan Rafflesia mekar, bahkan di tempat yang mendapat julukan Bumi Rafflesia ini, meski sudah empat hari disini, baru kali ini bisa melihat Rafflesia.

Aku ikut masuk ke hutan bersama rombongan tiga mobil tadi yang ternyata berasal dari Jakarta. Di dekat Bunga Rafflesia, ada tenda kecil yang ditinggali penjaga bunga. Jadi ternyata, kalau ada yang menemukan Rafflesia disini, maka bunga itu diklaim menjadi miliknya, kemudian ditungguin siang malam, dan bagi yang ingin melihat harus bayar sepuluh ribu rupiah.

“Bunganya sudah mekar tiga hari yang lalu, jadi sekarang ukurannya mengecil, sudah hampir layu” kata si penjaga bunga, keluar dari tenda kecilnya. Coba seandainya aku kesini tiga hari yang lalu, ukurannya pasti besar banget nih.
 
sayang bunganya sudah mengecil

Begitulah, wisata ke Bengkulu pasti pengennya bisa nemu Bunga Rafflesia dong. Selain Rafflesia, apalagi yang menarik di Bengkulu?

Fort Marlborough
Benteng Peninggalan Inggris ini dibangun pada tahun 1713-1719. Berdiri di sebelah meriam-meriam yang banyak menghiasi tempat ini membuatku agak sedikit ngeri sih, karena aku jadi membayangkan jaman penjajahan dahulu yang sepertinya sangat menakutkan.
 
bersama meriam di sudut benteng
Benteng ini tidak terlalu luas untuk dijelajahi, pemandangannya sangat menarik dari atas benteng, dan menghadap ke Samudera Hindia.
 
di seberang tugu pers


Tugu Pers
Tugu Pers ini merupakan salah satu ikon Kota Bengkulu. Letaknya bersebelahan dengan Fort Marlborough.


Monumen Thomas Parr
Monumen ini sepertinya agak kurang terkenal di Bengkulu, karena tiga kali aku bertanya pada penduduk setempat tentang letak dari monumen ini, dan ketiganya menjawab tidak tahu. Padahal jika dilihat di google map, monumen ini tidak begitu jauh dari Fort Marlborough, dan berada di pinggiran alun-alun Bengkulu. Setelah muterin alun-alun dua kali, baru aku bisa menemukan monumen ini.


Pantai Panjang
Bentuk pantainya sebenarnya biasa saja, hanya tulisan ‘Pantai Panjang’ yang menarikku kesini, supaya Zita bisa berfoto di depan tulisan sebagai bukti bahwa dia pernah kesini.


Pantai Tapak Paderi
Menurutku, Pantai Tapak Paderi lebih keren untuk berfoto daripada Pantai Panjang, yaitu dengan berdiri di atas balok-balok batu besar yang banyak terdapat di pantai. Sayang aku tidak sempat mampir ketempat ini, padahal letaknya dekat dengan Fort Marlborough.

Rumah Pengasingan Bung Karno
Rumah ini termasuk rumah sederhana, hanya terdiri dari ruang tamu, ruang kerja, dan dua kamar tidur. Di dalam masing-masing ruangan terdapat perabotan seperti kursi yang sering diduduki Bung Karno, maupun tempat tidur yang sering ditiduri Ibu Fatmawati.



bagian belakang rumah

Tempat-tempat tersebut di atas berada di Kota Bengkulu dengan jarak yang berdekatan, hanya beberapa menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan tempat-tempat yang agak jauh dari Kota Bengkulu, sekitar satu sampai dua jam dari pusat Kota Bengkulu, kita bahas di postingan selanjutnya yaa.

Baca juga :

Minggu, 07 Mei 2017

Salaman dengan Kanguru di Gumeracha



Para kanguru berlarian mendekatiku begitu aku masuk melewati pagar besi yang mengelilingi kawasan wildlife park ini. Para kanguru sepertinya hapal kalau ada manusia yang membawa makanan untuk mereka. Begitu aku membuka kantong makanan yang sudah aku beli di tempat penjualan tiket di depan seharga AUD 2, para kanguru itu semakin banyak yang mengerubungiku. Sebenarnya ngeri juga sih dikerubutin para kanguru itu, bahkan beberapa diantaranya ada yang lebih tinggi dari badanku.
 
salaman dengan kanguru
Dengan perlahan kuulurkan tangan berisi makanan ke depan. Seekor kanguru berbadan besar mencengkeram tanganku menggunakan kedua tangannya yang berkuku tajam. Kalau dilihat sekilas, aku jadi seperti sedang bersalaman dengan kanguru itu. Untung aku mengenakan kaos tangan sehingga kuku tajam kanguru tidak melukaiku. Sebenarnya aku mengenakan kaos tangan bukan karena takut sama kuku kanguru yang tajam, melainkan karena saat ini sedang musim dingin di Australia, dan tanganku akan membeku jika tidak kubungkus dengan sarung tangan.
 
Zita dapat yang kecil
Ternyata, selain melindungi tangan dari kuku tajam kanguru, kaos tangan juga berfungsi melindungi tanganku dari air liur kanguru yang dengan rakus menjilati makanan ditanganku. Air liur menetes-netes dari mulut si kanguru, seiring gerakan mengunyah.
 
di depan toy factory
Jika ingin menggendong koala, kalian bisa ke Cleland, yang terletak tidak begitu jauh dari Gumeracha ini.
 
tempat parkir
Gumeracha
Gumeracha merupakan nama sebuah tempat di Adelaide Hills, Australia Selatan, yang berjarak 37 km dari pusat kota Adelaide. Yang paling terkenal di Gumeracha adalah ‘the biggest rocking horse in the world’ yang berdiri tegak setinggi 18,3 meter di depan toko mainan dan wildlife park. Untuk tiket masuk ke wildlife park hanya sebesar AUD 1 saja. Selain kanguru, di tempat ini juga ada llama, emu, domba, merak, dan aneka macam unggas.
 
the biggest rocking horse setinggi 18,3 meter
Baca juga :