Jumat, 30 Oktober 2015

Wonderful Bali, Indonesia



Mei 2013. Aku kembali berburu ‘dua tiket’ Jakarta – Surabaya. Kali ini, aku dan Zita hendak menyusul si ayah yang sedang ada tugas belajar di Surabaya selama tiga bulan.

Setelah bergabung dengan si ayah di Surabaya, kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan APV pinjaman dari kakak ipar, yang kami pinjam dalam keadaan mulus, tetapi kembali dalam keadaan babak belur karena diseruduk motor. Hehe, maaf ya kakak ipar.

Tujuan kami adalah menjelajah Pulau #Bali, sekalian survey tempat karena si ayah akan melanjutkan tugas belajarnya di Bali, untuk persiapan kuliah S-2nya di Australia. Kenapa Bali? Mungkin karena Bali penuh dengan orang Australia, sehingga si ayah diharuskan berbaur dengan orang-orang Australia untuk bekalnya nanti selama tinggal di Negeri Kanguru.

Di tengah panasnya langit Surabaya, kami mulai memacu kendaraan ke arah timur. Tadinya aku pikir Surabaya – Bali adalah jarak yang dekat. tetapi ternyata meskipun gelap telah menggantikan terang, tanda-tanda keberadaan Pulau Bali belum juga terlihat. Kantuk mulai menyerangku tanpa ampun. Bahkan Zita sudah sedari tadi berjalan memasuki alam mimpi.

Belum sempat aku menyusul Zita ke alam mimpi, kerlip cahaya di sebelah kiri menarik perhatianku. “Wah… indah banget. Apaan sih itu?” kataku seraya menegakkan tubuh. “Itu pembangkit listrik Paiton” kata si ayah. “Emang sekarang kita ada di kota mana?” tanyaku masih penasaran. “Probolinggo” jawab si ayah singkat.

Indah sekali cahaya yang dihasilkan oleh pembangkit listrik Paiton ini di malam hari, membuat kantuk yang tadi datang menyerang, kini lari tunggang langgang menjauhiku. Selama 20 menit kemudian, aku masih terpesona oleh kilauan ribuan cahaya itu.

Tepat di tengah malam, gerbang pelabuhan Ketapang menyambut kami. Tanpa menunggu antri panjang, kendaraan kami mulai memasuki kapal fery yang akan berlayar menuju Gilimanuk. Karena malam, aku tidak bisa melihat anak-anak koin yang terkenal itu.

Begitu roda mobil menginjak tanah Bali, dengan semangat aku kembali menegakkan posisi dudukku. Tetapi seiring roda mobil berputar, semangatku perlahan-lahan mulai luntur. “Mana nih, kok di kanan kiri jalan cuma ada pohon-pohon doang? Kalo gitu nggak ada bedanya sama di Jawa dong” kataku sewot. Bayanganku tentang pura yang bertebaran di sepanjang jalan tidak kunjung tampak. “Sabar, pusat kehidupan di Bali masih jauh di depan” kata si ayah.

Jam 6 pagi, kendaraan kami memasuki tempat parkir #TanahLot yang masih kosong melompong. Loket penjualan tiket masih tutup. “Masuk aja mbak” kata seorang pria yang mengenakan udeng di kepalanya. Akhirnya kami masuk dengan gratis, karena petugas loket belum berada di tempat.

Tanah Lot


Ada seorang bapak-bapak yang menawari kami untuk menyeberang ke Tanah Lot. Karena Zita tidak berani, akhirnya hanya si ayah yang menyeberang. Air setinggi paha mengepungnya dari segala arah.

Dari Tanah Lot, kami istirahat sebentar di penginapan di daerah Denpasar. Setelah sarapan dan mandi pagi, kami lanjut ke arah selatan. Menurut peta, jika kami menjelajah ke arah selatan Bali, kami akan melewati GWK (Garuda Wisnu Kencana), kemudian Dream Land, dan Uluwatu di paling ujung selatan Pulau Bali.

Sepanjang perjalanan, banyak bule hanya mengenakan tank top dan berkendara menaiki motor di tengah panas matahari yang menyengat. Kalau aku sih sayang sama kulit yang tidak terlalu putih ini. Setiap bepergian menggunakan motor, aku selalu menutupi seluruh tubuh dengan jaket, celana panjang, kaos kaki, kaos tangan, slayer, pokoknya tidak boleh ada bagian kulit yang terkena matahari.

Setelah jauh berkendara ke arah selatan, tanda-tanda keberadaan GWK belum juga kami temukan. Kami malah menemukan gerbang #DreamLand di sebelah kanan kami. “Lho, GWKnya hilang kemana nih? Kok tiba-tiba sudah sampai Dream Land?” tanyaku bingung. Karena sudah terlanjur, akhirnya kami berkeliling Dream Land. Ternyata pantai Dream Land sedang dalam perbaikan, sehingga aku hanya berfoto di gerbangnya saja.
Dream Land

Menurut satpam yang menjaga gerbang Dream Land, GWK tidak terlalu jauh dari situ. Karena penasaran, kami berbalik arah untuk mencari keberadaan GWK.

Akhirnya ketemu. Untuk masuk ke GWK ternyata lumayan mahal. Tetapi sepadan dengan apa yang dapat kita temukan di dalamnya.
Garuda Wisnu Kencana
Patung #GarudaWisnuKencana yang super besar karya I Nyoman Nuarta, tentu menjadi objek pertama yang dicari. Pemandangan di depan Sang Garuda pun tidak kalah menarik. Tebing-tebing batu berbentuk kotak.

Di sisi sebelah patung Kepala Garuda, kita akan menemukan patung Dewa Wisnu yang tidak kalah besar. Dari tempat patung ini berdiri di ketinggian, kita dapat menikmati pemandangan jalan tol baru, yang melingkar di atas perairan. Aku tidak bosan duduk berlama-lama disini karena aku juga dapat menyaksikan pesawat yang take off dan landing di bawahku.
pemandangan di depan Sang Garuda

Patung Dewa Wisnu

Keluar dari GWK, kami kembali ke selatan menuju Uluwatu di ujung Pulau Bali.

Sebelum memasuki wilayah #Uluwatu, kami diharuskan memakai kain yang dililitkan ke tubuh kami. Pemandangan dari Uluwatu ini ternyata sangat menakjubkan.
Uluwatu

Sebenarnya aku ingin menonton pertunjukan Tari Kecak yang dilaksanakan jam 6 sore ketika matahari terbenam. Tetapi ternyata untuk dapat menyaksikan pagelaran ini, kita harus membayar mahal. Terpaksa deh, aku hanya dapat mendengar dari luar, para pemain Tari Kecak yang berteriak “cak cak cak cak”.

Pengalaman paling tidak bisa kulupakan ketika mengunjungi Uluwatu adalah ketika ada 4 monyet mendekati Zita dan mengambil dengan paksa sandal warna pink yang sedang dipakai Zita. Sayang waktu itu tidak ada pecalang di sekitar kami, jadi terpaksa deh sandal pink Zita diikhlaskan saja untuk mainan para monyet kecil itu.

Monyet-monyet Uluwatu yang nakal itu juga mengambil kacamata, botol minum, topi, dan sebagainya dari para bule yang lewat. Hati-hati ya, kalau ke Uluwatu mending nggak usah bawa apa-apa deh, selain baju yang melekat di badan.

Lihat foto lainnya di fb : Tyas Susilaning

Baca juga :
Sunrise di Bromo 
Terowongan Waduk Jatiluhur 
Tempat Wisata di Jakarta 
Bentuk Unik Kawah Kelud